Jumat, 15 Maret 2019

Rumah Adat Aceh




Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh

Rumah Adat Aceh – Aceh memang lekat dengan budaya Islam, karena Aceh memang merupakan salah satu pintu masuk penyebaran agama islam di Indonesia. Oleh karena itu, budaya Aceh seringkali tercipta dari campur baur antara budaya Melayu budaya Islam. Salah satu bukti dari akulturasi kedua budaya tersebut adalah rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh.

Provinsi Aceh adalah sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera. Provinsi yang pernah  bernama D.I Aceh dan Nanggroe Aceh Darussalam ini terkenal dengan syariat islamnya. Aceh ini mendapat gelar daerah istimewa sehingga Aceh mampu mengatur hukum pemerintahannya sendiri dengan syariat Islam.
Rumoh Aceh semakin langka dijumpai karena masyarakat lebih memilih berumah beton. Namun, anda masih bisa menjumpai rumah adat ini di perkampungan penduduk. Ada dua tempat untuk melihat rumah adat Aceh ini.
Anda dapat mengunjungi Museum Aceh di Banda Aceh dan Rumoh Cut Nyak Dhien di Lampisang, Aceh Besar. Apabila anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai rumah adat Aceh ini, simaklah penjelasannya dibawah ini.

Bentuk Dari Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Secara umum, rumah adat Aceh berbentuk rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter. Bentuknya pun seragam, berupa persegi empat yang memanjang dari timur ke barat. Konon, bentuk memanjang itu dipilih untuk memudahkan penentuan arah kiblat shalat.
Rumah adat Aceh biasanya terbuat dari kayu dan beratapkan daun rumbia. Bagian dalam rumoh Aceh memiliki tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang disebut rambat. Rumah dengan tiga ruang biasanya memiliki 16 tiang, sedangkan Rumah dengan lima ruang memiliki sebanyak 24 tiang.
Pintu utama dari Rumoh Aceh ini  tingginya selalu lebih rendah dari orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini ukurannya hanya 120-150 cm saja.  Maka dari itu, sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk.
Meskipun pintunya pendek, anda akan menemui rumah yang luas saat masuk kedalamnya. Tidak ada perabot seperti kursi sofa dan meja. Tamu biasanya duduk diatas tikar yang disediakan pemilik rumah.
Apabila yang mempunyai rumah adalah orang yang berkecukupan, rumah Aceh memiliki ukiran dan ornament yang rumit. Sementara pada rakyat biasa, cukup membuat rumah panggung tanpa ukiran dan ornament apapun. Rumah adat Aceh ini juga tahan gempa dan banjir.

Komponen Utama dari Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Rumoh Aceh di tiap kabupaten atau kota detilnya berbeda-beda. Meskipun detilnya berbeda, rumah adat Aceh ini memiliki komponen utama yang sama secara umum. Komponen- komponen utama dalam rumoh Aceh biasanya adalah:

1. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)

Seuramoe ini adalah ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki. Letaknya tepat di bagian depan rumah. Ruangan ini juga berfungsi sekaligus untuk menjadi tempat tidur serta tempat makan tamu laki-laki.

2. Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)

Fungsi utama dari ruangan ini adalah tempat untuk menerima tamu perempuan. Letaknya ada di bagian belakang rumah. Sama seperti serambi depan tadi, serambi ini dapat sekaligus menjadi tempat tidur serta ruang makan tamu perempuan.

3. Rumoh-Inong (Rumah Induk)

Letak dari ruang ini diantara serambi depan dan serambi belakang. Posisinya pun dibuat lebih tinggi dan terbagi jadi dua kamar. Keduanya dipisahkan oleh gang  yang menghubungkan serambi depan dan serambi belakang.

4. Rumoh-dapu (Dapur)

Letak dari dapur ini dekat atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur posisinya sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.

5. Seulasa (Teras)

Seulasa atau teras rumah ini terletak di bagian paling depan rumah. letaknya pun menempel dengan serambi depan. Letak dari teras ini memang sudah ditentukan sejak jaman dulu dan tidak berubah sampai sekarang.

6. Kroong-padee (Lumbung Padi)

Masyarakat Aceh mayoritasnya bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, Masyarakat Aceh menyediakan lumbung padi yang berada terpisah dari bangunan utama. Meskipun terpisah, lumbung padi ini letaknya masih berada di pekarangan rumah. Letaknya pun variatif,  bisa di belakang, di samping, atau bahkan di depan rumah.

7. Keupaleh (Gerbang)

Biasanya gerbang ini tidak terlalu umum dijumpai di rumah adat Aceh. Gerbang biasanya dimiliki oleh kalangan orang berada atau tokoh masyarakat. Inilah salah satu ciri-ciri dari rumah milik tokoh masyarakat tersebut. Gerbang biasanya terbuat dari kayu dan dipayungi bilik di atasnya.

8. Tamee (Tiang)

Tiang adalah komponen paling utama yang wajib dimiliki oleh rumah adat Aceh. Kekuatan dari tiang inilah yang menjadi tumpuan utama rumah adat ini. Tiang ini berbentuk bulat dengan diameter 20-35 cm dan setinggi 150-170 cm.
Jumlahnya dapat berupa 16, 20, 24, atau 28 batang. Keberadaan tiang-tiang ini juga fungsinya memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus susah payah membongkarnya.

Tahapan Dalam Membangun Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Bagi masyarakat Aceh, membangun rumah Aceh seperti membangun kehidupan.  Oleh karena itu, pembangunan rumah Aceh haruslah memenuhi persyaratan dan bertahap. Proses pembangunan Rumoh Aceh dilakukan secara cermat dan berlandas kepada pengetahuan lokal masyarakat.
Oleh karena itu, Rumoh Aceh dapat bertahan hingga ratusan tahun lamanya walaupun hanya terbuat dari kayu. Tahapan tahapan dalam pembuatan rumoh Aceh adalah :

1. Musyawarah

Sebelum membuat rumah, biasanya diadakan musyawarah keluarga. Setelah mencapai kesepakatan, hasil perencanaannya disampaikan kepada Teungku (Ulama) di kampung tersebut. Tujuan memberitahukan kepada teungku adalah  adalah untuk mendapatkan saran-saran agar rumah menjadi lebih tenang dan tentram.
Selain itu, juga ada musyawarah tentang Persyaratan yang harus dilakukan. Persyaratan tersebut biasanya berupa pemilihan hari baik yang ditentukan oleh Teungku, pengadaan kayu pilihan, kenduri (pesta), dan sebagainya.

2. Pengadaan Bahan

Setelah mencapai mufakat dari keluarga maupun teungku, maka bahan pun diadakan. Bahan- bahan yang diperlukan untuk membuat rumoh Aceh adalah kayu, trieng (bambu), daun rumbia, dan lain-lain.
Penyediaan bahan ini dilakukan gotong royong oleh masyarakat setempat. Kayu yang dipilih biasanya adalah kayu yang tidak dililiti akar dan tidak menyangkut kayu lain saat jatuh ditebang.

3. Pengolahan Bahan

Kayu-kayu tersebut akhirnya dikumpulkan di suatu tempat yang teduh dan tidak terkena hujan. Apabila waktu pembangunan masih lama, kayunya akan direndam dalam air terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar kayu tersebut tidak dimakan serangga. Setelah itu, kayu dibentuk sesuai kebutuhan rumah.

4. Pendirian Rumah

Setelah semua proses siap, maka dimulailah pembangunan rumah Aceh. Pembangunan awal Rumah Adat Aceh ditandai dengan pembuatan landasan untuk memancangkan kayu.
Kayu yang pertama kali dipancangkan adalah tiang utama (tiang raja) lalu diikuti oleh tiang-tiang yang lain. Setelah semua tiang terpasang, lalu dilanjutkan dengan pembuatan bagian tengah rumah.
Bagian tengah rumah ini meliputi lantai rumah dan dinding rumah. Selanjutnya, pembuatan bagian atas yang diakhiri dengan pemasangan atap rumah. Bagian terakhir dari pembangunan Rumah Aceh ini adalah pemasangan ornament pendukung seperti ukiran hias dan sebagainya.

Itulah beberapa info menarik mengenai rumah adat aceh. Rumah Aceh dibangun dengan nilai-nilai dan kearifan budaya Aceh. Maka dari itu, rumah adat Aceh harus tetap terjaga kelestariannya



Sumber  : www.romadecade.org

Pakaian Adat Jawa Timur Sebagai Identitas Budaya

Ciri Khas Pakaian Adat Jawa Timur

Pakaian Adat Jawa Timur
Pakaian adat Jawa Timur memiliki ciri khas baju yang indah dan elok untuk dipandang. Jika anda pandang sekilas, nampak bahwa pakaian Jawa Timur memiliki banyak kesamaan dengan pakaian adat Jawa Tengah.
Kesamaan ini didapatkan karena pengaruh kebudayaan masyarakat Jawa Tengah dulu yang terkenal dengan kekuasaan yang besar.
Namun ada perbedaan yang mendasar dan kontras dari segi filosofisnya. Corak pakaian adat Jawa Tengah melambangkan nilai-nilai kesopanan serta tata krama yang tinggi. Sedangkan corak pakaian Jawa Timur lebih cenderung menunjukkan nilai-nilai ketegasan, tetapi sarat dengan nilai etika yang tinggi.
Ciri khas pakaian adat Jawa Timur juga terdapat pada masing-masing jenis pakaian adat itu sendiri. Terdapat berbagai macam pakaian khas adat Jawa Timur, mulai dari seperangkat baju hingga aksesoris-aksesoris yang mewah.
Jenis-jenis pakaian adat tersebut menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Timur. Oleh karena itu, berikut akan disebutkan jenis-jenis pakaian adat Jawa Timur lengkap beserta penjabarannya.

Jenis-jenis Pakaian Adat Jawa Timur

Pakaian Adat Jawa Timur ini memiliki beberapa jenis yang bisa anda ketahui. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis pakaian adat Jawa Timur secara lengkap:

1. Odheng Santapan

Pakaian Adat Jawa Timur
Odheng santapan merupakan sebuah perlengkapan pakaian berupa kupluk (peci) yang didesain dengan batik khas Jawa Timur. Perlengkapan ini digunakan pada laki-laki di bagian kepala.
Desain odheng santepan biasanya dibuat dengan motif batik terkenal, salah satunya yakni motif telaga biru, atau yang orang lain sering menyebutnya storjoan.
Kupluk (peci) ini berbentuk segitiga dengan ukuran kupluk dapat diatur dan disesuaikan dengan masing-masing lingkar kepala. Ukuran lingkar kepala yang lebih lebar tentu membutuhkan kain batik yang semakin panjang. Demikian ukuran lingkar kepala yang lebih kecil, tentu tidak membutuhkan banyak kain batik yang diperlukan.

2. Pese’an Madura

Inilah jenis pakaian yang sering diingat oleh masyarakat pada umumnya dan sangat familiar. Wujud pakaian ini terdiri dari dua, yakni baju luar yang berwarna hitam dan baju dalam berupa kaos belang yang berwarna merah putih atau merah hitam. Serta untuk celananya longgar dan panjangnya sampai pada mata kaki.
Pese’an Madura sudah sangat terkenal, baik secara nasional maupun mancanegara. Dulu, pakaian ini hanya digunakan oleh orang-orang Madura saja. Namun setelah melewati perkembangan zaman, pakaian ini dipakai oleh banyak orang di seluruh wilayah Jawa Timur, sehingga kemudian dipatenkannya menjadi pakaian adat Jawa Timur.
Pada tempo dulu, bahan-bahan penyusunnya adalah kain China, namun sekarang sudah dimodifikasi menggunakan bahan tetoran yang dirancang oleh orang-orang Madura.

3. Sarong Bahan

Pakaian Adat Jawa Timur
Saring bahan menjadi salah satu pakaian adat Jawa Timur yang sering digunakan. Merujuk pada namanya, saring bahan disusun dari material kain. Biasanya kain yang digunakan adalah kain sutra, serta saring pada bagian plekatnya menggunakan bahan katun. Kain yang dipilih tentu berkualitas tinggi dan sangatlah nyaman untuk dipakai.
Warna dari saring bahan dapat dipilih secara beragam. Beberapa warna yang dipilihkan adalah warna-warna yang mencolok, seperti kuning keemasan. Saring juga sering dipilih dengan warna putih sebagai dasar dan kotak-kotak hijau atau biru sebagai tambahan. Ukuran saring bahan tentu disesuaikan dengan masing-masing individu.

4. Odheng Tapoghan

Wujud odheng tapoghan hampir sama dengan odheng santapan. Perbedaannya adalah odheng tapoghan sering dikenakan pada laki-laki daripada perempuan. Ada salah satu bagian dari odheng tapoghan ini yang memiliki ikon bunga yang memiliki hiasan yang cantik. Ada juga soga sebagai pengganti dari ikon bunga tersebut.
Soga ditampilkan seperti lidah api yang berwarna merah menyala-nyala. Bahan-bahan yang digunakan adalah berupa kain batik dengan desain yang dapat dimodifikasi sesuai dengan selera dan nilai. Bentuknya adalah segitiga dan diikatkan pada bagian kepala. Sehingga dengan demikian, rambut anda tidak akan tertutup oleh kain tersebut.

5. Sandal Atau Alas Kaki

Pakaian Adat Jawa Timur
Sandal atau alas kaki juga merupakan aksesoris penting yang dipakai sebagai identitas pakaian adat. Biasanya aksesoris adat sandal dikenakan pada perempuan. Namun bila membutuhkan, aksesoris ini juga dapat dikenakan pada laki-laki. Aksesoris ini memperindah penampilan pada sudut/bagian bawah mempelai.
Aksesoris adat sandal juga dikenal familiar dengan sebutan terompah karena berbentuk terbuka dan longgar pada bagian ujung ketika dikenakan.
Selain itu, pada bagian sandal tersebut juga dilengkapi penjepit yang berfungsi untuk menjepit kaki, khususnya pada bagian jari-jari kaki agar terasa lebih nyaman ketika menggunakan. Sandal adat dibuat dari bahan kulit sapi yang berkualitas.

6. Ikat Pinggang

Pakaian Adat Jawa Timur
Selain sandal, ada aksesoris lagi yang penting untuk digunakan yakni ikat pinggang. Ikat pinggang adat ini begitu dikenal dengan nama sabuk katemang raja, atau seringkali juga disebut sebagai katemang kalep.
Bila dibandingkan dengan ikat pinggang pada umumnya, ikat pinggang khas Jawa Timur ini memiliki bentuk yang lebar dengan bagian depannya yang dilengkapi saku sebagai tempat untuk menyimpan uang.
Jenis bahan ikat pinggang yang digunakan adalah khas dan terbuat dari material kulit sapi. Kualitas kulit sapi juga haruslah baik dan bukan kulit sapi sembarangan. Kulit sapi yang dipilih adalah kulit sapi yang berwarna coklat dan berdesain polos.

7. Pakaian Mantenan

Pakaian Adat Jawa Timur
Nama pakaian mantenan merujuk pada pakaian yang digunakan pada saat acara pernikahan. Pakaian Mantenan Jawa dipakai ketika sang mempelai melakukan pernikahan dengan tata cara adat Jawa Timur.
Pakaian ini sangat banyak anda temui dan sering digunakan di berbagai wilayah di Jawa Timur. Jenis pakaian mantenan ini juga dilengkapi dengan odheng, arloji rantai, kain selempang, dan beberapa aksesoris lainnya.

Itulah beberapa jenis pakaian adat Jawa Timur yang sangat menarik untuk diketahui. Masing-masing pakaian adat tersebut sarat dengan nilai budaya yang tinggi.








sumber : https://www.romadecade.org/pakaian-adat-jawa-timur/#!

Mengenal Legenda Pantai Parangtritis

LEGENDA PANTAI PARANG TRITIS


Legenda Pantai Parangtritis masih dipercayai oleh masyarakat sekitar Yogyakarta. Keyakinan bahwa adanya seorang Ratu yang mendiami dan menjaga pantai selatan daerah istimewa ini bahkan seolah tak bisa lepas dan akan terus melekat. Tak heran jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, tepatnya ke Pantai Parangtritis, akan banyak larangan yang sebaiknya benar-benar tidak Anda langgar. Bagi Anda yang kurang mempercayai hal-hal yang berbau mitos dan mistis, cerita seperti ini mungkin tak akan memengaruhi Anda karena bisa dijelaskan secara ilmiah. Tapi bagi warga Yogyakarta, legenda Pantai Parangtritis bukan sebuah hal yang mudah ditampik.
Asal Usul Nama dan Legenda
Panorama Pantai Parangtritis - Sumber: panoramio.com

Legenda dari Pantai Selatan Yogyakarta ini merupakan kisah yang masih menjadi cerita turun-temurun. Meski kebenarannya tidak bisa dibuktikan hingga saat ini, tetapi kebudayaan percaya pada eksistensi Ratu Pantai Selatan tak bisa hilang. Nama Parangtritis sendiri didapat dari kisah pelarian Sang Pangeran Dipokusumo pada zaman Kerajaan Majapahit yang kemudian melakukan pertapaan di sini. Sang Pangeran menemukan batu karang besar yang terdapat aliran tetesan air. Parang artinya karang dan Tritis atau Tumeritis berarti saling menetes.
Parangtritis juga dikenal sebagai Pantai Selatan Yogyakarta. Warga setempat masih mempercayai bahwa pantai ini dikuasai oleh Ratu Pantai Selatan. Tak sedikit yang menampik kepercayaan ini dan meyakini adanya hubungan antara tokoh penguasa di Parangtritis dan lautan sebelah selatan Yogyakarta dengan penguasa Yogyakarta pada masa Kerajaan Mataram.
Salah satu keyakinan yang sampai saat ini masih dipercayai meski sudah ada penjelasan ilmiahnya adalah larangan untuk tidak menggunakan pakaian berwarna hijau ketika berkunjung ke Pantai Parangtritis. Konon, menurut legenda Pantai Parangtritis yang berkembang, warna hijau adalah warna favorit Ratu Pantai Selatan. Mereka yang menggunakan pakaian hijau seolah akan ditarik masuk ke dalam lautan alias mati tenggelam.
Jika dijelaskan dari ilmu pengetahuan, perlu diketahui bahwa topografi pantai selatan Yogyakarta ini tidak seperti pantai pasir putih yang berada di area Wonosari, Gunung Kidul. Terdapat palung laut yang jaraknya relatif dekat dengan bibir pantai dan mereka yang terseret ombak kemungkinan yang masih masuk akal adalah mereka terjebak dalam palung tersebut. Warna hijau sendiri merupakan warna yang dihindari sebab ketika akan melakukan pencarian akan lebih sulit karena tersamar dengan warna lautan dangkal.
Wisata Pantai Parangtritis dan Sekitarnya.
Tebing Paralayang Parangtritis - Sumber: indonesahblog.wordpress.com
Terlepas dari legenda Pantai Parangtritis yang sampai saat ini masih jadi kepercayaan, Pantai Parangtritis merupakan destinasi wisata Yogyakarta yang cukup asyik meski eksistensinya mulai meredup dengan melonjaknya eksistensi pantai pasir putih di daerah Wonosari. Pantai Parangtritis masih mampu menampilkan romantismenya tersendiri dengan pemandangan lautan dengan ombak sedang. Kalau Anda tertarik untuk menyusurinya, Anda bisa menyewa kuda ataupun dokar (kereta kuda kecil).








sumber : https://www.1001malam.com/travel/mengenal-legenda-pantai-parangtritis/